Alur Merdeka (Eksplorasi Konsep Modul 2.3 f.3_Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching) CGP Angkatan 11 Kota Mataram
2.3.f.3. Eksplorasi Konsep Modul 2.3 - 2.3. Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching
Moda: Mandiri
Tujuan Pembelajaran Khusus:
- CGP dapat melakukan percakapan coaching dengan alur TIRTA.
- CGP dapat mempraktikkan tiga kompetensi inti coaching, presence, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching.
- CGP dapat menjelaskan jalannya percakapan coaching untuk membuat rencana, melakukan refleksi, memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi.
Gunakan navigasi diatas untuk ke halaman berikutnya!
2.3.1 Kompetensi Inti Coaching
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,
Setelah memahami bagaimana paradigma berpikir dan prinsiap yang dibutuhkan agar dapat menjalankan percakapan coaching maka kali ini Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak akan belajar kompetensi inti dalam coaching.
Berdasarkan ICF (International Coaching Federation) ada 8 kompetensi inti namun untuk kebutuhan Pendidikan Guru Penggerak, kita mempela7ari 3 kompetensi inti yang penting dipahami, diterapkan, dan dilatih secara terus menerus saat melakukan percakapan coaching kepada teman sejawat di sekolah.
Kompetensi inti coaching:
- Kehadiran Penuh/Presence
- Mendengarkan Aktif
- Mengajukan Pertanyaan Berbobot
- Mendengarkan dengan RASA
Silahkan ikuti navigasi tautan 1 s.d. 6 diatas untuk materi Eksplorasi Konsep Modul 2.3 - 2.3. Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching. Setelah materi 1 s.d. 6 selesai, barulah Bapak dan Ibu CGP dapat melanjutkan dengan menekan tombol "Next" pada bagian bawah modul ini. Pastikan Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak (CGP) membaca, mengamati dan memahami seluruh materi yang disediakan.
Gunakan navigasi diatas untuk ke halaman berikutnya!
Materi & Refleksi 2.3.1 Kompetensi Inti Coaching
Pada sesi ini, selain membaca dan mencermati materi, Bapak dan Ibu akan melakukan refleksi terkait materi Kompetensi Inti Coaching yang dipelajari, dengan menjawab beberapa pertanyaan yang disajikan.
Kehadiran penuh/presence adalah kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee, atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presence sehingga badan, pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching. Kehadiran penuh ini adalah bagian dari kesadaran diri yang akan membantu munculnya paradigma berpikir dan kompetensi lain saat kita melakukan percakapan coaching.
Menghadirkan diri sepenuhnya atau presence penting dilatih agar kita bisa selalu fokus untuk bersikap terbuka, sabar, ingin tahu lebih banyak tentang coachee. Kompetensi ini penting untuk dihadirkan sebelum dan selama percakapan coaching dilakukan.
Contoh kegiatan untuk melatih menghadirkan presence yang bisa kita lakukan adalah dengan melakukan kegiatan STOP dan Mindful Listening yang telah kita pelajari pada modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional yang lalu.
Penting diingat tidak ada satu cara yang terbaik untuk semuanya karena setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk dapat menghadirkan presence. Untuk itu temukan cara yang paling efektif untuk Bapak/Ibu agar bisa terus melatih diri dan menerapkannya sebelum dan selama melakukan percakapan coaching.
Your answer:
Tuliskan pengalaman Bapak/Ibu saat berhasil menghadirkan fokus selama melakukan percakapan dengan seseorang.
Beberapa hari yang lalu saya dengan salah seorang rekan melakukan percakapan dimana rekan yang menceritakan salah satu permasalahannya dan saya sebagai pendengarnya. Percakapan itu dilakukan di ruang Guru di waktu istirahat pertama.
Apa hal-hal yang biasanya dilakukan untuk menghadirkan fokus sebelum dan selama berkegiatan?
Bercerita tentang hal-hal yang lucu, cerita ringan atau sederhana, menanyakan aktifitas sebelumnya dan hal-hal menarik lainnnya dan lain sebagainya.
Tuliskan pengalaman Bapak/Ibu saat hilang fokus di saat sedang melakukan percakapan dengan seseorang.
a. Apa yang biasanya menyebabkan hilangnya fokus?
Penyebab hilangnya fokus
- Percakapan yang dilakukan dengan tema yang sudah berulan kali di sampaikan
- Ada rekan lain yang mempunyai kepentingan mendesak yang harus segera diselesaikan
- Waktu senggang habis
- Ada tamu datang
- Ada masalah penting yang urgen yang harus segera diselesaikan
Lingkungan kurang kondusif (terlalu ramai)
- HP berdering
b. Apa yang dilakukan untuk mengembalikan fokus?
Yang dilakukan untuk mengembalikan focus
- Mendengarkan dan memberi respon positif
- Meminta waktu jeda sebentar untuk menyelesaikan kepentingan rekan lain yang lebih mendesak
- Meminta waktu melanjutkan di waktu senggang nanti setelah jam istirahat berikutnya
- Meminta rekan guru lain untuk menyambut tamu dan menanyakan keperluan tamu tersebut.
- Meminta rekan untuk pindah lokasi pembicaraan atau meminta rekan lain untuk mengecilkan volume pembicaraan agar semua dapat menyelesaiakan keperluannya.
- Meminta izin untuk mengangkat telp sebentar karena sepertinya telp mendesak.
Soal 2
Salah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengarkan dengan aktif atau sering kita sebut dengan menyimak. Kemampuan mendengarkan aktif atau menyimak perlu dilatih untuk fokus pada apa yang dikatakan oleh coachee dan memahami keseluruhan makna yang bahkan tidak terucapkan.
Kemampuan mendengarkan aktif atau menyimak perlu dilatih untuk fokus pada apa yang dikatakan oleh coachee dan memahami keseluruhan makna yang bahkan tidak terucapkan.
Pengantar
Salah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengarkan dengan aktif atau sering kita sebut dengan menyimak. Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara. Dalam percakapan coaching, fokus dan pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni mitra bicara. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada di pikirannya termasuk penilaian terhadap coachee.
Kemampuan mendengarkan aktif atau menyimak perlu dilatih untuk fokus pada apa yang dikatakan oleh coachee dan memahami keseluruhan makna yang bahkan tidak terucapkan.
Asumsi
Asumsi, sudah mempunyai anggapan tertentu tentang suatu situasi yang belum tentu benar. Perhatikan contoh berikut ini:
ada saat coachee mengatakan bahwa dia sedang merasa “buntu”, kita memiliki gambaran tertentu tentang situasi “buntu” tersebut. Padahal gambaran “buntu” kita sangat mungkin berbeda dengan “buntu” yang dimaksud oleh coachee.
Pada saat asumsi muncul di kepala kita, yang perlu kita lakukan adalah menyadari bahwa pikiran itu ada, dan kemudian mengkonfirmasinya kepada coachee. Sebagai contoh:
“Barusan Ibu katakan kalau Ibu merasa buntu. Buntu yang seperti apa yang Ibu maksud? Bisa diceritakan?”
Melabel/Judgment
Melabel/Judgment, memberi label/penilaian pada seseorang dalam situasi tertentu. Memberi label/penilaian bisa terjadi sebelum dan pada saat coaching dilakukan.
Sebelum coaching
Pada saat kita akan melakukan coaching kepada rekan yang kita anggap “vokal”, “dominan”, “irit bicara”, “tertutup”, “bossy” dan lain sebagainya, itu semua adalah label yang kita berikan kepada dia. Walaupun rekan tersebut di banyak kesempatan menunjukkan perilaku yang membuat kita dan orang lain melabel dia seperti di atas, kita perlu menghilangkan atau setidaknya meminimalkan pikiran tersebut sebelum dan selama coaching.
Jika pelabelan ini masih tetap muncul pada saat coaching, yang bisa kita lakukan agar kita bisa bebas dari pelabelan tersebut adalah dengan cara kita memfokuskan pada apa yang coachee lakukan dan katakan pada saat coaching.
Pada saat coaching:
Pada saat coachee kita menceritakan sebuah kejadian yang dia alami, kemudian muncul pikiran yang bersifat melabel/menilai, seperti “dari ceritanya sepertinya dia orang yang tidak tangguh/antusias/rajin/dlsb”.
Jika penilaian seperti itu muncul, yang bisa kita lakukan adalah menyadarinya dan kemudian kembali fokus mendengarkan coachee kita. Karena penilaian kita terhadap kejadian itu tidak penting. Yang penting adalah bagaimana coachee menilai dirinya sendiri.
Jika kita merasa bahwa penilaian kita ini penting untuk disampaikan kepada coachee, maka kita perlu mengkonfirmasinya dengan sangat berhati-hati. Sebagai contoh:
“Dari apa yang barusan Bapak ceritakan dan juga cara Bapak menceritakannya, saya menangkap ada antusiasme/rasa putus asa/dan lain sebagainya di sana. Apakah betul seperti itu Pak?”
Asosiasi
Asosiasi: mengaitkan dengan pengalaman pribadi.
Pada saat coachee menceritakan sebuah kejadian yang dia alami, kemudian kita teringat dengan kejadian yang kita alami, pada saat itu potensi asosiasi muncul. Potensi tersebut dapat menjadi asosiasi pada saat kita mulai mengaitkannya dengan pengalaman pribadi kita. Pada saat kita terbawa pada asosiasi kita, percakapan kita dengan coachee akan berpotensi mengacu kepada pengalaman kita. Perilaku yang muncul pada kita bisa jadi dalam bentuk pertanyaan yang mengarahkan atau kecenderungan untuk menasehati.
Pada saat asosiasi muncul, yang perlu kita lakukan adalah menyadarinya dan kemudian kembali fokus kepada coachee dengan cara mengingatkan diri kita bahwa percakapan ini adalah tentang coachee, kejadian yang pernah kita alami, tidak penting/relevan dalam percakapan ini.
Selain itu, yang perlu kita sadari juga adalah asosiasi ini bisa membuat kita menjadi terbawa emosi yang sedang dirasakan oleh coachee. Pada saat ini terjadi, maka kita perlu “melepaskan” diri dari emosi tersebut dan berusaha mengembalikan emosi kita ke posisi netral, agar kita tetap bisa menjadi rekan berpikir coachee kita.
Saat menyimak atau mendengarkan aktif, elemen pertama yang perlu diperhatikan adalah menangkap kata kunci yang terucap oleh coachee. Kata Kunci biasanya mengandung makna yang tidak terucapkan dan perlu digali agar coachee dapat terbantu untuk lebih memahami situasi yang sedang dihadapinya. Ciri-ciri kata kunci biasanya:
1. Diucapkan dengan intonasi tertentu: Tinggi, rendah, melambat, lebih cepat atau dengan tekanan
2. Kadang diucapkan berulang kali: Jika satu kata, apalagi berupa kata sifat, diucapkan berulang, ini kata kunci, misal “Saya bingung/ragu/tidak tahu”
3. Diwakili oleh metafora atau analogi atau kata unik dalam bahasa asing, misal: “Saya tidak ingin seperti katak dalam tempurung”, “Saya merasa stuck”
4. Tidak jarang disertai emosi
Your answer:
Silakan Refleksikan Pengalaman Berada di 3 Situasi di bawah:
1. Tuliskan pengalaman Anda pada saat berbicara dengan orang kemudian Anda merasa di-label/dinilai oleh orang tersebut.
a. Apa yang Anda rasakan/pikirkan pada saat mendengarkan itu?
Sebagai seorang guru, pernah saya alami saat merasa di-label atau dinilai oleh seseorang yang saya ajak bicara. Meski awalnya terasa khawatir dan tidak nyaman, saya tetap tenang dan mendengarkan dengan baik.
b. Apa yang Anda lakukan setelah mendengarkannya?
Setelah introspeksi diri, saya mempertimbangkan kebenaran dalam penilaian tersebut, memilih saran yang sesuai, dan merenung untuk perbaiki cara berbicara. Pengalaman ini mengajarkan saya pentingnya mendengarkan dengan tenang, merespons secara konstruktif, dan melakukan introspeksi untuk pertumbuhan pribadi. Meskipun tidak semua penilaian sesuai harapan, pengalaman ini membantu saya menjadi lebih baik di masa depan.
2. Tuliskan pengalaman Anda pada saat berbicara dengan orang kemudian Anda merasa/berpikir kalau orang tersebut salah mengartikan apa yang Anda sampaikan tanpa mengonfirmasinya terlebih dahulu .
a. Apa yang Anda rasakan/pikirkan pada saat mendengarkan itu?
Saat menyadari adanya potensi kesalahpahaman terhadap pesan yang disampaikan, saya merasa khawatir dan berupaya memastikan pemahaman yang benar.
b. Apa yang Anda lakukan setelah mendengarkannya?
Saya menjelaskan kembali atau memberikan klarifikasi agar tidak ada penafsiran yang keliru. Ketika menerima penilaian atau tanggapan, saya tetap tenang dan memberikan respons dengan hati-hati, menjelaskan dengan lebih jelas untuk memastikan pemahaman yang baik. Saya berkomitmen untuk menjaga komunikasi agar berjalan lancar dan mencegah kesalahpahaman berlarut-larut. Upaya ini bertujuan untuk memastikan pesan saya dipahami dengan benar tanpa menimbulkan kebingungan.
3. Tuliskan pengalaman Anda pada saat berbicara dengan orang kemudian orang tersebut balik bercerita tentang pengalamannya/menasehati atau memberi saran berdasarkan pengalaman dia, tanpa Anda minta.
a. Apa yang Anda rasakan/pikirkan pada saat mendengarkan itu?
Saya pernah mengalami situasi di mana saat berbicara dengan seseorang, orang tersebut tiba-tiba bercerita tentang pengalamannya dan memberi saran tanpa diminta. Pada saat mendengarkan itu, saya merasa dihargai karena orang tersebut berbagi pengalaman secara sukarela. Pikiran saya cenderung terbuka untuk menerima wawasan baru.
b. Apa yang Anda lakukan setelah mendengarkannya?
Setelah mendengarkan, saya akan mengungkapkan terima kasih atas cerita dan saran yang diberikan. Saya kemudian mencoba meresapi dan mencari nilai positif yang dapat diterapkan dalam konteks pembelajaran atau pengajaran. Ini memberikan peluang untuk pertumbuhan pribadi dan profesional.
Soal 3
Dalam melakukan percakapan coaching ketrampilan kunci lainnya adalah mengajukan pertanyaan dengan tujuan tertentu atau pertanyaan berbobot. Pertanyaan yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi.
Pertanyaan berbobot memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Hasil mendengarkan aktif: Menggunakan kata kunci yang didapat dari mendengarkan
- Membantu coachee: Membuat coachee mengingat, merenung, dan merangkai fakta sehingga dapat memahami apa yang terjadi pada dirinya
- Bersifat terbuka dan eksploratif: Struktur kalimat terbuka, membuat coachee harus menjawab sambal berpikir
- Diajukan di momen yang tepat: Tidak terburu-buru dalam mengajukan pertanyaan dan ditanyakan di waktu yang coachee sudah siap memprosesnya
Setelah kita mengetahui ciri-ciri pertanyaan berbobot, tentunya kita perlu mengetahui bagaimana kiat-kiat untuk mengajukan pertanyaan berbobot. Kiat-kiat yang dapat kita coba adalah sebagai berikut:
1. Merangkum pernyataan-pernyataan coachee dari hasil mendengarkan aktif.
2. Menggunakan kata: Apa, Bagaimana, Seberapa, Kapan dan Dimana, dalam bentuk pertanyaan terbuka
3. Menghindari penggunaan kata tanya “mengapa” - karena bisa terasa ada “judgement”. Ganti kata “mengapa” dengan “apa sebabnya” atau “apa yang membuat”
4. Mengajukan satu pertanyaan pada satu waktu, jangan memberondong
5. Mengizinkan ada “jeda” atau “keheningan” setelah coachee selesai bicara, tidak buru-buru bertanya. Juga izinkan ada keheningan saat coachee memproses pertanyaan
6. Menggunakan nada suara yang positif dan memberdayakan
Kegiatan Refleksi
Bayangkan Anda berada di empat situasi di bawah ini:
- Anda tidak dapat memenuhi target pekerjaan, lalu kepala sekolah/rekan kerja Anda mengajukan pertanyaan berikut:
- Mengapa target tidak tercapai?
- Kelihatannya Anda tidak merencanakannya dengan baik ya?
- Memangnya Anda tidak mencoba cara A, B, C, D?
- Apakah tidak diperhitungkan sebelumnya bahwa ini tidak akan terpenuhi?
- Anda sedang bingung bagaimana mengimplementasikan apa yang Anda pelajari dalam 10 hari ini. Lalu, Anda menghubungi instruktur Anda, dan ini yang ia tanyakan:
- Apakah Anda mengerjakan semua tugas selama 10 hari?
- Apakah setiap ada sesi sinkronus Anda hadir? (saat Anda selesai menjawab, ia melanjutkan?) Betul?
- Mengapa Anda bisa bingung kalau Anda hadir terus?
- Apakah Anda tidak mencoba mencari tahu saat di kelas?
- Anda tidak memahami suatu materi pelatihan, lalu meminta rekan Anda menjelaskan. Lalu ini yang ia tanyakan:
- Kenapa Anda tidak mengerti?
- Apa Anda tidak memperhatikan saat dijelaskan di depan?
- Coba rasakan Anda ditanya seperti ini:
- Sudah berapa lama Anda berada di posisi ini?
- Apa tanggung jawab utama Anda?
- Anda ingin “A” atau “B”?
- Apakah tugasnya sudah diselesaikan?
- Dia berbakat atau tidak?
Dari empat situasi di atas, jawablah pertanyaan berikut ini:
- Apa yang terjadi dalam diri Anda pada saat ditanya dengan pertanyaan-pertanyaan seperti di atas?
- Apa yang Anda pikirkan?
- Apa yang Anda rasakan?
- Apa respon Anda?
Dalam konteks tersebut, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat menciptakan perasaan tidak nyaman dan khawatir, terkadang memunculkan rasa di-label atau dinilai. Saya mungkin merasa terganggu atau merasa pertanyaan tersebut mencerminkan ketidakpercayaan pada kemampuan saya. Fokus pikiran saya dapat terarah pada keinginan untuk menjelaskan atau membela diri, serta memastikan pemahaman situasi. Setelah mendengarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, saya akan tetap tenang, memberikan jawaban jelas dan rasional, menjelaskan situasi sebenarnya, memberikan klarifikasi, dan memastikan pemahaman. Upaya juga dilakukan untuk meningkatkan cara berkomunikasi dan menjaga kelancaran komunikasi tanpa kesalahpahaman.
Soal 4
Setelah mempelajari bagaimana mendengarkan aktif, berikut ini adalah salah satu referensi yang dapat kita gunakan untuk mengajukan pertanyaan berbobot hasil dari mendengarkan aktif yaitu RASA yang diperkenalkan oleh Julian Treasure.
RASA merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask yang akan dijelaskan sebagai berikut:
R (Receive/Terima), yang berarti menerima/mendengarkan semAskua informasi yang disampaikan coachee. Perhatikan kata kunci yang diucapkan.
A (Appreciate/Apresiasi), yaitu memberikan apresiasi dengan merespon atau memberikan tanda bahwa kita mendengarkan coachee. Respon yang diberikan bisa dengan anggukan, dengan kontak mata atau melontarkan “oh…” “ya…”. Bentuk apresiasi akan muncul saat kita memberikan perhatian dan hadir sepenuhnya pada coachee tidak terganggu dengan situasi lain atau sibuk mencatat.
S (Summarize/Merangkum), saat coachee selesai bercerita rangkum untuk memastikan pemahaman kita sama. Perhatikan dan gunakan kata kunci yang diucapkan coachee. Saat merangkum bisa gunakan potongan-potongan informasi yang telah didapatkan dari percakapan sebelumnya. Minta coachee untuk konfirmasi apakah rangkuman sudah sesuai
Setelah merangkum apa yang disampaikan coachee bagian terakhir adalah
A (Ask/Tanya). Sama dengan apa yang sudah disampaikan sebelumnya terkait kiat mengajukan pertanyaan berbobot berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengajukan pertanyaan:
- ajukan pertanyaan berdasarkan apa yang didengar dan hasil merangkum (summarizing)
- ajukan pertanyaan yang membuat pemahaman coachee lebih dalam tentang situasinya
- pertanyaan harus merupakan hasil mendengarkan yang mengandung penggalian atas kata kunci atau emosi yang sudah dikonfirmasi
- dalam format pertanyaan terbuka: menggunakan apa, bagaimana, seberapa, kapan, siapa atau di mana
- Hindari menggunakan pertanyaan tertutup: “mengapa” atau “apakah” atau “sudahkah”
Bapak/Ibu, setelah sebelumnya kita sudah bersama-sama mendengar dan merangkum apa yang disampaikan coachee sekarang mari kita latihan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang sudah dirangkum sebelumnya.
Kegiatan Latihan Mendengarkan, Merangkum, dan Bertanya dengan RASA
- Simak video latihan mendengarkan dan merangkum berikut ini.
- Simak baik-baik apa yang dikatakan oleh coachee dalam video tersebut.
- Temukan kata kunci dari perkataan coachee.
- Rangkum perkataan coachee setiap setelah coachee berbicara.
- Ajukan pertanyaan berbobot, menggunakan kata kunci yang disampaikan oleh coachee.
- Rekam latihan tersebut dalam bentuk audio atau video.
- Simak rekaman tersebut dan reviu rangkuman dan pertanyaan Anda.
- Apakah Anda sudah merasa bahwa Anda sudah mendapatkan kata kunci yang tepat?
- Apakah pertanyaan Anda sudah berbobot?
- Anda boleh mengulangi latihan ini satu kali lagi agar lebih terlatih dalam mendengarkan dan mengajukan pertanyaan.
- Bandingkan hasil latihan pertama dan kedua Anda. Bagian mana yang sudah menjadi lebih baik?
Kata kunci dari perkataan coachee: pandemi, kesejahteraan, fokus, membagi waktu secara berimbang,
Rangkuman perkataan coachee
Karena pandemi, beban guru jadi berlipat ganda.
Coachee ingin membantu guru bisa fokus dan sejahtera secara mental.
guru yang sejahtera adalah fokus, tahu tujuan sebagai guru, bisa membagi waktu secara berimbang.
nilai guru ada di angka 5.harapannya bisa mencapai 7.
coachee sedang berpikir apa yang bisa membantu guru-guru. Ada ruang untuk mengobrol mencari jalan keluar pekerjaan atau mengobrol secara tidak ada hubungan dengan pekerjaan.
meluangkan waktu heart to heart atau meluangkan waktu secara klasikal.
Komentar
Posting Komentar