Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

KONEKSI ANTAR MATERI

Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1






السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ

Salam Sejahtera bagi bapak/ibu teman-teman CGP yang sempat membaca artikel saya. Perkenalkan saya ROHAINI, S. Pd.  penulis sekaligus salah satu CGP Angkatan 11 tahun 2024. Saya mengajar di SMA Negeri 8 Mataram. Dalam artikel ini penulis akan memaparkan koneksi antar materi selama pembelajaran modul 1.1, kesimpulan serta refleksi. 
 
Kegiatan ini dimulai dengan melakukan sebuah refleksi diri sejauh mana penulis mengenal dan memahami Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD).  Oleh sebab itu, pada tahap awal ini penulis berdialog dengan diri sendiri untuk menemukan pemikiran mendasar Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya dengan peran  sebagai pendidik.
 
Ki Hajar Dewantara (KHD) adalah bangsawan jawa dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di  Pakualaman Jogjakarta. KHD adalah sosok kharismatik dan mendapat gelar bapak pendidikan karena jasa beliau dalam memberikan warna dalam dunia pendidikan di Indonesia, tanggal kelahiran beliau sampai saat ini  menjadi hari libur nasional dan diperingati sebagai HARI PENDIDIKAN NASIONAL.
  
Berbicara tentang pendidikan di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang signifikan, tidak hanya dari kurikulum tapi juga dari kebijakan-kebijakannya termasuk siapa saja  yang berhak mengenyam pendidikan di sekolah. Jika kita kembali pada zaman kolonial belanda, pendidikan di indonesia bersifat gradualis dimana pemerintah belanda memperlambat proses pendidikan di Indonesia. Kalaupun ada yang mengenyam pendidikan itu hanya segelintir saja yang dipersiapkan untuk menjadi pegawai pemerintah belanda. Dari diskriminasi pendidikan inilah kemudian lahir Taman Siswa pada tahun 1922 di Jogjakarta sebagai gerbang emas kemerdekaan dan kebudayaan bangsa.
 

Pengajaran dan Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara secara terpisah, membedakan pengertian pendidikan dan pengajaran. Menurut beliau, pendidikan merupakan usaha untuk meningkatkan budi pekerti, kecerdasan, dan kemampuan jasmani murid yang selaras dengan lingkungan dan zamannya. Sedangkan pengajaran adalah bagian dari proses pendidikan itu sendiri, yaitu proses memberikan ilmu yang berguna untuk perkembangan kecerdasan dan keterampilan anak.
 
Menurut Ki Hajar Dewantara, tujuan pendidikan adalah untuk menuntun anak menuju kemerdekaannya agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidikan haruslah membantu anak untuk:
  • Mengembangkan kodrat alamnya, yaitu sifat-sifat bawaan yang dimilikinya sejak lahir.
  • Mengembangkan kodrat zamannya, yaitu kebutuhan dan tuntutan zaman yang dihadapi. 
Untuk mencapai tujuan ini, Ki Hajar Dewantara mencetuskan konsep "trilogi pendidikan" yang terdiri dari:
  1. Ing Ngarsa Sung Tuladha: Guru hendaknya menjadi teladan bagi murid, menunjukkan perilaku dan nilai-nilai luhur yang ingin ditanamkan kepada murid.
  2. Ing Madya Mangun Karsa: Guru hendaknya berada di tengah-tengah murid, sebagai fasilitator dan pembimbing yang membantu murid dalam proses belajarnya.
  3. Tut Wuri Handayani: Guru hendaknya berada di belakang murid, memberi dorongan dan semangat kepada murid untuk belajar secara mandiri.

Berikut beberapa jawaban penulis dari pertanyaan refleksi tentang pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara :

  1. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?

Jawaban:

Sebelum mempelajari Modul 1.1 tentang pemikiran KHD saya menganggap bahwa:
  • Guru sebagai pusat perhatian: Guru mendominasi pembelajaran dan murid tidak memiliki banyak kesempatan untuk terlibat secara aktif. Saya mendambakan suasana kelas yang tertib, tenang dan murid selalu fokus ke guru.
  • Penekanan pada hafalan: Murid didorong untuk menghafal informasi tanpa memahami konsepnya.
  • Kurangnya diferensiasi: Pembelajaran tidak disesuaikan dengan kebutuhan dan minat individu murid.
  • Penilaian yang berfokus pada tes: Penilaian hanya mengukur kemampuan murid untuk menghafal dan menjawab soal, bukan kemampuan mereka untuk berpikir kritis dan kreatif.
  • Penggunaan teknologi yang tidak tepat: Teknologi digunakan hanya untuk menyampaikan materi, bukan untuk meningkatkan interaksi dan kolaborasi antar murid.  
2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?

Jawaban:

Hal-hal yang penulis dapatkan  setelah mempelajari modul ini adalah mindset yang berubah khususnya dalam membangun suasana pembelajaran di kelas yang lebih bervariasi, mencoba inovasi-inovasi dalam pembelajaran yang tentunya menyenangkan bagi anak didik.
Saya menganggap bahwa:
  • Pembelajaran harus berpusat pada murid. Guru bukan satu-satunya sumber belajar.
  • Pembelajaran seharusnya lebih pada penekanan pemahaman dan penerapan konsep.
  • Pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan dan minat individu murid, guru dapat memberikan tugas yang berbeda kepada murid dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda.
  • Guru dapat menggunakan berbagai metode penilaian seperti tes, portofolio, dan proyek untuk mengukur pemahaman murid.
  • Penggunaan teknologi yang tepat, guru lebih kreatif lagi dalam membuat bahan ajar
3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

Jawaban: 

Beberapa hal yang akan segera penulis terapkan tidak hanya di kelas tapi juga bersama rekan sejawat adalah kolaborasi antar mata pelajaran. Bagi penulis kolaborasi ini adalah bentuk  kebebasan dalam berpikir dan mendesain pembelajaran yang menarik. Selain itu pemetaan bakat minat potensi siswa akan sangat membantu untuk menentukan diferensiasi dalam pembelajaran, mulai dari proses, produk maupun content. Menjadi  pendidik dan pengajar yang ikhlas menuntun dan mendampingi siswanya dimanapun berada.
 
Penulis juga berusaha merubah suasana kelas menjadi menyenangkan, memanfaatkan segala sumber daya yang ada di sekolah baik di dalam maupun di luar ruangan. Hal ini sejalan dengan kodrat anak yang senang bermain. Juga sebagai kodrat zaman, dalam pembelajaran saya harus mengintegrasikan penggunaan teknologi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan memberikan murid akses yang lebih luas kepada informasi. Penulis harus memilih teknologi yang sesuai dengan tujuan belajar dan kebutuhan murid. Memastikan murid menggunakan teknologi dengan bijak dan bertanggung. Penggunaan teknologi untuk mendorong kolaborasi dan komunikasi antar murid.
 
Dari beberapa ulasan dan jawaban yang penulis paparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagai Bapak Pendidikan Indonesia , Ki Hajar Dewantara menawarkan konsep pendidikan yang mengutamakan kasih sayang, membawa anak untuk lebih memahami dunianya karena setiap anak adalah individu yang unik dan tidak akan sama antara satu dengan yang lainnya. 
Wallahu'alam.


وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Mataram, 29 Juni 2024
Salam Guru Penggerak

 
 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alur Merdeka (Eksplorasi Konsep Modul 2.3 f.3_Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching) CGP Angkatan 11 Kota Mataram

Alur Merdeka Modul 2.2 (Eksplorasi Konsep ) Calon Guru Penggerak Angkatan 11 kota Mataram

Alur Merdeka (Eksplorasi Konsep Modul 2.3.f 1 _Konsep Coaching secara Umum dan Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan) CGP Angkatan 11 Kota Mataram